Kamis, 03 Juli 2014

TARI ZAPIN

Pengertian Tarian Zapin
Tarian Zapin merupakan salah satu dari pada berbagai jenis tarian Melayu yang masih ada hingga sekarang. Tarian Zapin berasal dari perkataan Arab yaitu “Zaffan” yang artinya penari dan “Al-Zapin” yang artinya gerak kaki. Tarian ini diilhamkan oleh peranakan Arab dan diketahui berasal dari Yaman. Mengikuti sejarah Tarian Zapin, pada mulanya tarian ini adalah sebagai tarian hiburan di istana. Setelah dibawa dari Yaman oleh para pedagang Arab pada awal abad ke-16, Tarian Zapin ini kemudiannya merebak ke negeri-negeri sekitar Johor seperti di Riau, Singapura, Sarawak dan Brunei Darusalam. Tarian Zapin diperkenalkan di Pekanbaru oleh seorang songkok yang berasal dari Sumatra yang bernama Adam sekitar tahun 1930-an. Namun tarian ini sangat popular di Pekanbaru pada tahun 1950-an dan 1960-an terutama di kampung Tanjung Gemuk dan kampung Lamir.

Teknik Persembahan Tarian Zapin

Sebagai sebuah tarian persembahan, Tarian Zapin terbagi kepada 3 peringkat:
Peringkat ke-1: Pemukaan atau pembuka tari
Peringkat ke-2: Pecahan atau gerak serta lenggang tari
Peringkat ke-3: Penutup tarian
Tarian Zapin menumpukan pada langkahan dengan posisi kaki selalu tertutup dan tidak merendah. Kebanyakan posisi badan selalu bergerak seperti ombak mengalun. Posisi tangan tidak diperlihatkan secara jelas, tangan kanan maupun tangan kiri berada dibawah bahu. Biasanya lagu yang dinyanyikan dalam Tarian Zapin berunsur keagamaan, kata-kata nasihat, pujian kepada kebesaran agama dan kesempurnaan Budi Pekerti.

Pakaian Didalam Tarian Zapin
Sungguhpun Tarian Zapin mempunyai pengaruh Arab-Parsi, tetapi dari segi pakaian penari-penari memakai pakaian Melayu selengkapnya yaitu bagi laki-laki berkain samping, memakai baju teluk belanga, cekak musang, memakai kain sarung tenunan siak, dan bersongkok sedangkan wanita memakai kurung, kain sarong, kebaya panjang, hiasan kembang goyang untuk sanggul, gelang atau dukuh.

Alat Musik Pengiring Tarian Zapin
Alat musik utama yang digunakan untuk mengiringi Tarian Zapin adalah gambus, rebana, gendang dan marwas tetapi, untuk Zapin Arab hanya menggunakan alat musik berupa Marwas dan Gambus. Petikan gambus untuk membawakan lagu sedangkan rentak gendang / rebana menentukan retak dan pecahan tari. Lagu-lagu pengiring tarian Zapin pertama kali diciptakan oleh Tengku Mansor dan dinyanyikan oleh istrinya Cik Norlia yang berasal dari Singapura. Beberapa lagu yang diciptakannya adalah: Ya Salam, Yale-Yale, Tanjung Serindit, Sri Pekan, Lancang Kuning, Gambus Palembang, dan Lancang Daik. Contoh lagu-lagu pengiring tarian Zapin lainnya adalah: Nasib Lancang Kuning, Pulut Hitam, Bismillah, Sanaah, Saying Sarawak, Lancing Balai, Anak Ayam Patah, Zapin Asli, Gendang Rebana, dll.

Gerak-Gerak Dalam Tarian Zapin
Gerak-gerak dalam Tarian Zapin antara laki-laki dan perempuan adalah sama, yang membedakan hanyalah gerak tangannya saja.

Gerak-gerak dalam Tarian Zapin:
Tahto 1
          Gerak ini bermakna Bermaksud sikap rendah diri dan menghargai. Gerak ini merupakan gerak yang ditampilkan diawal-awal Tarian Zapin. Gerak ini dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada awal dan akhir Tarian Zapin. Gerak ini dilakukan sebanyak 8 hitungan per 1 kali.
Tahto 2
          Gerak ini bermakna Bermaksud sikap rendah diri dan menghargai. Gerak ini selalu dilakukan setelah gerak Tahto 1. Gerak ini dilakukan sebanyak 2 kali yaitu diawal dan diakhir setelah gerak Tahto1. Gerak ini dilakukan sebanyak 8 hitungan per 1 kali.
Tahto 3
          Gerak ini bermakna Bermaksud sikap rendah diri dan menghargai. Gerak ini selalu dilakukan setelah gerak Tahto 2. Gerak ini dilakukan sebanyak 2 kali juga yaitu diawal dan diakhir setelah gerak Tahto 2. Gerak ini dilakukan sebanyak 8 hitungan per 1 kali.
Bebas
          Gerak ini merupakan gerak yang selalu ditampilkan dalam Tarian Zapin. Gerak ini dilakukan diantara gerak-gerak yang lain, ada yang sebanyak 1 kali maupun sebanyak 2 kali. Gerak ini dilakukan sebanyak 8 hitungan per 1 kali.
Shut
          Gerak ini bermakna Mendahulukan sikap adil dan sabar dengan keseimbangan . Gerak ini dilakukan setelah gerak bebas yang sebelumnya adalah gerak Tahto 3. Gerak ini dilakukan sebanyak 2 kali yaitu Shut maju dan Shut mundur. Gerak ini dilakukan sebanyak 16 hitungan per 1 kali.

Siku Keluang
          Gerak ini bermakna Dinamis kehidupan. Gerak ini dilakukan setelah gerak bebas 2 kali yang sebelumnya adalah gerak Shut maju mundur. Gerak ini dilakukan sebanyak 2 kali yaitu maju dan mundur. Gerak ini dilakukan sebanyak 16 hitungan per 1 kali.
Mata Angin
          Gerak ini dilakukan setelah gerak bebas 1 kali yang sebelumnya adalah gerak Siku Keluang maju mundur. Gerak ini dilakukan sebanyak 1 kali. Gerak ini dilakukan sebanyak 16 hitungan.
Titik Batang
          Gerak ini bermakna Bahwa keteguhan hati dan keterampilan dalam menghadapin cobaan. Gerak ini dilakukan setelah gerak bebas 2 kali yang sebelumnya adalah gerak Mata Angin. Gerak ini Dilakukan sebanyak 2 kali yaitu maju dan mundur dimana diantara gerak Titik Batang maju dan mundur itu terdapat 1 kali gerak bebas yang memisahkan gerak itu. Gerak ini dilakukan sebanyak 16 hitungan per 1 kali.
Pusing Tengah
          Gerak ini bermakna Kepedulian terhadap lingkungannya. Gerak ini dilakukan setelah gerak bebas 2 kali yang sebelumnya adalah gerak Titik Batang maju mundur. Gerak ini dilakukan sebanyak 2 kali yaitu maju dan mundur. Gerak ini dilakukan sebanyak 8 hitungan per 1 kali

                   http://id.wikipedia.org/wiki/Tari_Zapin
                   http://tarianzapin.wordpress.com/sejarah/



SUKU BAWEAN

Suku Bawean merupakan satu kelompok kecil masyarakat Melayu yang berasal dari Pulau Bawean. Letak pulaunya berada di Laut Jawa antara dua pulau besar, yaitu Pulau Kalimantan di utara dan Pulau Jawa di selatan. Pulau Bawean terletak sekitar 80 mil ke arah utara Surabaya, dan masuk kabupaten Gresik. Pulau ini terdiri atas dua kecamatan, yaitu kecamatan Sangkapura dan kecamatan Tambak. Masyarakat Melayu Malaka dan Malaysia lebih mengenal dengan sebutan Boyan dari pada Bawean. Dalam pandangan mereka, Boyan berarti sopir dan tukang kebun karena profesi sebagian masyarakat asal Bawean adalah bekerja di kebun atau sebagai sopir.
Sulit untuk menentukan waktu yang tepat kedatangan orang-orang Bawean ke Malaka karena tidak ada bukti, catatan resmi dan dokumentasi sejarah mengenai kedatangannya. Tetapi terdapat berbagai pendapat mengenai kedatangan mereka ke Malaka. Pendapat pertama mengatakan, bahwa ada orang yang bernama Tok Ayar datang ke Malaka pada tahun 1819. Pendapat yang kedua mengatakan bahwa orang Bawean datang pada tahun 1824, kira-kira semasa penjajahan Inggris di Malaka. Pendapat yang ketiga mengatakan orang Bawean sudah ada di Malaka sebelum tahun 1900 dan pada tahun itu sudah banyak orang Bawean di Malaka.
Secara etimologi, kata Bawean berasal dari bahasa Sanskerta, yang berarti ada sinar matahari. Menurut legenda, sekitar tahun 1350, sekelompok pelaut dari Kerajaan Majapahit terjebak badai di Laut Jawa dan akhirnya terdampar di Pulau Bawean pada saat matahari terbit. Kitab Negarakertagama menyebutkan bahwa pulau ini bernama Buwun.
Mayoritas masyarakat Bawean menganut agama Islam. Sementara yang menganut agama non-Islam kebanyakan pendatang di pulau tersebut. Agama Islam masuk ke Bawean awal abad ke-16, dibawa oleh Maulana Umar Mas'ud. Makamnya hingga kini merupakan tujuan peziarah lokal maupun dari luar Bawean. Makam Umar Mas'ud berada di wilayah Sangkapura yang terletak di pantai selatan pulau tersebut. Sedang di pantai utara, tepatnya di desa Diponggo ada kuburan seorang ulama wanita penyebar Islam di daerah itu, namanya Waliyah Zainab, terletak di atas dataran tinggi.
Masyarakat Bawean umumnya tinggal di kota atau daerah yang dekat dengan kota, seperti di Kampung Mata Kuching, Klebang Besar, Limbongan, Tengkera dan kawasan sekitar Rumah Sakit Umum Malaka. Orang-orang Bawean jarang tinggal di kawasan-kawasan yang jauh dari kota. Jumlah orang Bawean yang terdapat di Malaka diperkirakan tidak melebihi 100 ribu orang. Sementara orang Bawean yang tinggal di luar pulau Bawean dan luar negeri lebih dari 100 ribu orang.
Selain di Malaka, orang Bawean juga tersebar di Lembah Klang, seperti di kawasan Ampang, Gombak, Balakong dan juga Shah Alam. Mereka membeli tanah dan membangun rumah secara berkelompok. Di Gelugor, Pulau Pinang terdapat sekurang-kurangnya dua keluarga besar orang Bawean. Mereka menggunakan bahasa Melayu dialek Pulau Pinang untuk bertutur dengan orang bukan Bawean.
Anak-anak mereka yang lahir di Malaysia telah menjadi warga negaraMalaysia. Perantau-perantau yang datang dari tahun 90-an ada yang telah menerima status penduduk tetap. Orang Bawean terkenal dengan keahlian membuat bangunan dan rumah.
Penduduk Bawean kebanyakan memiliki mata pencaharian sebagai nelayan atau petani. Hasil pertanian diantaranya padi, jagung, ubi dan sayur-sayuran. Kelapa juga banyak ditemukan di sekeliling perkampungan mereka. Pulau kediaman suku Bawean ini juga terkenal sebagai penghasil marmer, dan para perempuan Bawean sangat terampil dengan kerajinan tangan unik dari daun pandan. Selain itu juga masyarakat Bawean ada yang menjadi TKI di Malaysia dan Singapura.      
Suku Bawean menggunakan bahasa Bawean dalam komunikasinya. Bahasa ini memiliki kemiripan dengan bahasa Madura. Meskipun mirip, tapi adat dan budaya mereka sangat berbeda. Orang Bawean juga tidak mau disebut sebagai orang Madura karena perbedaan tersebut. Bahasa Bawean ditengarai sebagai kreolisasi bahasa Madura karena kata-kata dasarnya yang berasal dari bahasa ini.
Adapun kebudayaan dan kesenian yang dimiliki suku Bawean, yaitu kercengan, cukur cambul, pencak Bawean, dikker, dan mandiling. Kercengan biasanya dipersembahkan sewaktu acara Perkawinan. Masyarakat Madura menyebut nama kercengan dengan Hadrah. Penari berbaris sebaris atau dua baris. Pemain kompang dan penyanyi duduk di barisan belakang. Lagu-lagu yang dimainkan adalah lagu-lagu salawat kepada Nabi Muhammad SAW. Pemain kercengan terdiri dari laki-laki dan perempuan.
Kedua adalah cukur jambul merupakan acara bercukur jambul bagi bayi yang telah genap usianya 40 hari. Adat ini sama seperti adat orang Melayu dan Jawa. Bacaan berzanji bersama paluan kompang merayakan bayi yang akan dicukur kepalanya. Ada lagi pencak Bawean, yang sering ditampilkan dalam acara hari besar seperti hari kemerdekan 17 Agustus maupun acara perkawinan orang bawean. Pencak Bawean mengutamakan keindahan langkah dengan memainkan pedang yang panjang.
Selanjutnya adalah Dikker, yaitu alunan puji-pujian dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW disertai dengan permainan terbang. Adapun Mandiling adalah sejenis tari-tarian disertai dengan pantun.
                        http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Bawean